Jumat, 15 Agustus 2008

Kelelahan Dalam Olahraga

KELELAHAN DALAM OLAHRAGA


Abstrak: Kelelahan merupakan faktor penting yang akan dialami oleh setiap seseorang ketika beraktivitas. Dalam olahraga kelelahan akan dialami oleh atlet ketika melaksanakan program latihan. Tujuan dari penulisan ini adalah agar pelatih, guru olahraga dan atlet dapat memahami hal-hal yang dapat menyebabkan kelalahan ketika melaksanakan program pelatihan. Selain itu, dalam merencanakan program pelatihan atau ketika melaksanakan program pelatihan tidak membebankan organ tubuh secara berlebihan, sebab dampak dari kurangnya pemahaman tentang kelelahan ketika merencanakan program atau ketika melaksanakan program latihan akan menimbulkan cidera. Isi dari penulisan ini terdiri atas pengertian kelelahan, cirri-ciri dan penyebab kelelahan, system saraf , system pencernaan, dan solusi mengatasi kelelahan.


Kata-kata kunci: Kelelahan, dalam Olahraga


  1. Pendahuluan

Kelelahan bisa terjadi pada setiap orang. Rasa lelah tidak hanya dialami oleh manusia yang berusia lanjut saja, tetapi juga pada manusia dewasa atau remaja, atau bahkan terjadi pada anak-anak. Sehingga seringkali kita melihat anak bayi yang dibawa ke tukang pijat setelah bayi tersebut diajak berpergian jauh. Para orang tua berpikiran bahwa bayi mereka kelelahan.

Kata kelelahan bisa diistilahkan dengan kecapekan, kepenatan, atau kepayahan. Tidak ada hal yang signifikan yang membedakan istilah-istilah itu. Semua istilah tersebut, secara umum, mengacu pada kondisi tubuh yang tidak bertenaga lagi karena aktivitas yang begitu tinggi. Selain itu, ada rasa yang tidak nyaman dan sakit ketika akan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan otot. Dengan demikian, semua istilah tersebut sama pengartiannya. Dalam tulisan ini akan digunakan satu istilah saja yakni kelelahan.

Rasa lelah sendiri bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Secara umum, makna lelah (seperti yang telah dijelaskan di atas) bisa berarti hilangnya tenaga dari tubuh sehingga tubuh tidak lagi mampu beraktivitas. Sehingga dari pengertian ini bisa disimpulkan bahwa kelelahan disebabkan karena otot yang tidak mampu menghasilkan tenaga. Hal ini sangat berkaitan dengan pembakaran energi yang menghasilkan tenaga. Metabolisme tubuh, dalam hal ini, tentulah berkaitan dengan pencernaan. Pencernaan ini berkaitan dengan sistem dan enzim yang turut berperan di dalamnya. Dengan demikian, kelelahan seperti yang disebabkan oleh aktivitas fisik yang membutuhkan energi tinggi.

Selain aktivitas fisik, aktivitas otak yang diwujudkan dalam aktivitas berfikir juga turut menciptakan kelelahan. Hal ini disebabkan karena dalam aktivitas berfikir juga membutuhkan energi yang masuk ke otak untuk tetap berproses. Jika energi yang masuk ini kurang, tentu saja akan terjadi ketimpangan. Hal inilah yang menyebabkan kelelahan, yang juga berpengaruh pada kondisi fisik seseorang. Berikut ini akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengertian kelelahan, ciri dan penyebab kelelahan, serta solusi dalam mengatasi kelelahan.


Pengertian Kelelahan

Pemaknaan kelelahan, sudah sedikit dipaparkan pada pembahasan sebelumnya. Menurut Edward (Joni, 1989: 54), ada hal yang membingungkan dari pengertian kelelahan. Pengertian kelelahan secara umum diartikan dengan: “meningkatnya suatu usaha untuk mempertahankan tenaga; perasaan tidak enak atau rasa nyeri karena kegiatan otot; atau merasa lemah/tidak mampu menghasilkan tenaga.” Pengertian-pengertian semacam itu dianggap membingungkan karena bila ditinjau secara fisiologis, kajian tersebut tidak jelas. Ketidakjelasannya adalah “bagaimana bisa kelelahan itu dimaknai dengan meningkatnya suatu usaha untuk mempertahankan tenaga?” padahal peningkatan usaha dalam mempertahankan tenaga, yang tentu saja berkaitan dnegan otot, bisa merupakan suatu bentuk latihan yang memang terprogram seperti itu. Sedangkan pengertian kedua, yakni “rasa tidak enak atau nyeri karena kegiatan otot” juga snagat kabur. Pengertian “tidak enak” tidak bisa ditentukan secara kuantitatif, sehingga pengertian ini bersifat subyektif sekali. Sedangkan pengertian “rasa nyeri karena kegiatan otot” bisa jadi karena ada cedera, sehingga bukan karena kelelahan. Kemudian pengertian terakhir, yakni “merasa lemah/tidak mampu menghasilkan tenaga” juga tidak bisa diterima begitu saja. Kata “tidak mampu” akan bermakna beda bagi tiap orang. Misalnya, seorang anak kecil yang diminta mengangkat barang berat dan tidak bisa mengangkatnya, karena dianggap tidak memiliki tenaga. Dan hal ini berbeda dengan orang dewasa yang dianggap mampu menghasilkan tenaga, sehingga bisa mengangkat barang yang berat itu. Oleh karena itu, apakah dnegan demikian, kelelahan hanya terjadi pada anak kecil saja dan tidak terjadi pada orang dewasa? Kekaburan makna yang demikian inilah Edward (Joni, 1989: 54) disangkal dan diberi pengertian yang lebih spesifik sesuai dengan tinjauan fisiologis. Ia mengartikan kelelahan dengan: 1. lemahnya unjuk kerja intelektual(intellectual performance), 2. lemahnya unjuk kerja motorik, 3. meningkatnya aktivitas EMG (electromyography) di dalam suatu unjuk kerja, 4. rendahnya frekuensi power spectrum EMG, dan 5. kegagalan menghasilkan tenaga (force).

Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa kelelahan merupakan lemahnya unjuk kerja intelektual (tentu saja berkaitan dengan mental); lemahnya unjuk kerja motorik; meningkatnya aktivitas EMG dan rendahnya frekuensi power spektrumnya (berkaitan dengan kondisi dan sistem tubuh), dan kegagalan menghasilkan tenaga (yang berkaitan dengan baik fisik maupun mental). Jadi secara garis besar kita bisa pilahkan menjadi 2 macam kelelahan, yakni kelelahan fisik dan mental, yang keduanya juga sangat berkaitan.

Di sisi lain, seorang terkadang merasa lelah dengan fisik saja sehingga dengan kelelahan semacam ini, orang bisa mengistirahatkan tubuhnya dan setelah itu terasa segar kembali. Namun, ada juga seseorang yang lelah secara mental dan tidak bisa diberi perlakuan yang sama dengan lelah fisik. Ada juga mereka yang merasa lelah kedua-duanya, baik fisik maupun mental. Istilah kelelahan seperti itu mendapat istilah khusus, yakni burnout (Republika, 5 Agustus 1993). Burnout merupakan kondisi emosional dimana seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental maupun fisik sebagai akibat tuntutan yang meningkat. Dari penjelasan ini, kelelahan yang terjadi tidak ditinjau dari sisi fisiologis tetapi dari aspek psikologisnya. Namun demikian tidak ada salahnya jika kita meninjau sedikit dari sisi psikologis yang tentu saja akan mempengaruhi sistem fisiologis seseorang.

Istilah lain yang masih berhubungan dengan kelelahan adalah CFS (Chronic Fatigue Syndrome) atau sindrom kelelahan kronis. Kelelahan ini tidak seperti kelelahan yang kita alami setiap hari. Rasa lelah ini datang dan tidak berhenti walaupun telah istirahat selama beberapa malam. Kelelahan ini menguras energi dan bertahan beberapa bulan bahkan sampai bertahun-tahun (http://www.Chronic Fatigue Syndrome, chronic fatique, cfs - Women Living Naturally_files\articles_resources.gif). Istilah yang masih setara dengan CFS adalah FMS (Fibromyalgia syndrome). Baik CFS atau FMS bukan merupakan suatu penyakit. Itu hanya suatu sindrom. Dan untuk mendiagnosis CFS atau FMS, tidak bisa dilakukan melalui tes darah sebab gejala-gejalanya tidak bisa langsung ditentukan begitu saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang mengalami CFS atau FMS menunjukkan adanya kerusakan pada sistem syaraf, termasuk ketidaknormalan produksi neurotransmitter. Hal inilah yang menyebabkan munculnya gangguan pada aktivitas tidur, rasa pegal-pegal di sekujur tubuh dan fungsi kekebalan (http://www.Chronic Fatique_files\skinrenewHealth.jpg). Berbagai macam istilah dan pengertian di atas tetap merupakan satu bentuk kelelahan. Sehingga semua pembahasan berikut ini akan mengacu kelelahan saja, apapun itu bentuknya.


Ciri-Ciri dan Penyebab Kelelahan

Sutjipto (2001) menyimak kelelahan yang secara psikologis bisa terjadi karena mereka suka bekerja keras, merasa bersalah, merasa tidak berdaya, merasa tidak ada harapan, merasa terjebak, kesedihan mendalam, merasa malu dan secara terus menerus membentuk lingkaran dan menghasilkan perasaan lelah dan tidak nyaman, yang pada gilirannya meningkatkan rasa kesal dan lingkaran terus menerus berlanjut sehingga dapat menimbulkan kelelahan fisik, kelelahan mental dan kelelahan emosional.

Penjelasan di atas bisa dilihat jika seorang atlet yang sudah merasa tidak punya harapan atau malu dalam performance(unjuk kerja)nya, maka akan pengaruh pada penampilan fisiknya. Atlet tersebut menjadi tidak maksimal atau merasa cepat lelah. Tidak hanya lelah secara fisik saja, namun juga mental. Berikut ini ciri-ciri kelelahan yang juga masih dalam tulisan Sutjipto (2001).

  • .Kelelahan emosi dicirikan antara lain dengan: rasa bosan, mudah tersinggung, sinisme, perasaan tidak menolong, ratapan yang tiada henti, tidak dapat dikontrol (suka marah), gelisah, tidak peduli terhadap tujuan, tidak peduli dengan orang lain, merasa tidak memiliki apa-apa untuk diberikan, sia-sia, putus asa, sedih, tertekan, dan tidak berdaya.

  • Kelelahan mental dicirikan antara lain dengan: merasa tidak berharga, rasa benci, rasa gagal, tidak peka, sinis, kurang bersimpati kepada orang lain, mempunyai sikap negatif terhadap orang lain, cenderung merasa bodoh dengan diri sendiri, pekerjaan dan kehidupannya, acuh tak acuh, pilih kasih, selalu menyalahkan, kurang bertoleransi terhadap orang yang ditolong, ketidakpuasan terhadap pekerjaan, konsep diri yang rendah, merasa tidak cakap, merasa tidak kompeten, dan tidak puas dengan jalan hidup.

Selain ciri emosional dan mental, kelelahan juga bisa dilihat secara fisik, yakni: sakit kepala, demam, sakit punggung (rasa ngilu), rentan terhadap penyakit, tegang otot leher dan bahu, sering terkena flu, susah tidur, mual-mual, gelisah dan perubahan pada kebiasaan makan. Sedangkan energi fisik dicirikan seperti energi yang rendah, rasa letih yang kronis dan lemah.

Bila kelelahan seperti itu tidak segera diatasi maka akan berkembang menjadi suatu sindrom, seperti yang telah dipaparkan di atas, yakni CFS atau sindrom kelelahan kronis. CFS muncul dengan gejala: gangguan susah tidur, terasa perih pada limfa, tenggorokan sakit, susah mengingat (bermasalah dengan ingatan jangka pendek) dan rasa pegal-pegal serta sakit-sakit di badan (http://www.Fatique Syndrome_files\hj.jpg). Rasa pegal-pegal yang dirasakan penderita CFS seringkali dirasakan sebagai rasa sakit di sekujur tubuh. Segala sesuatu yang menyentuh tubuh terasa sakit, bahkan sprei tempat tidurpun terasa sakit, ketika bersentuhan dengan tubuh (http://www.Chronic Fatique Syndrome Resources - Also known as Ebstein-Barr Virus or CFS_files\holistic-health.gif).

Secara garis besar, pengaruh atau hal yang mempengaruhi kelelahan adalah sistem syaraf dan pencernaan. Joni (1989: 54-60) menjelaskan bahwa kelelahan bisa jadi karena adanya kegagalan salah satu atau keseluruhan dari perbedaan mekanisme neuromusculer yang terlibat di dalam kontraksi otot. Kegagalan tersebut bisa dikarenakan:

  • syaraf motor yang mensyarati serabut-serabut otot di dalam kesatuan motor untuk mengirim rangsangan-rangsangan persyarafan (nervous impulses)

  • persimpangan neuromuscular (neuromuscular junction) memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan dari syaraf motor ke serabut-serabut otot.

  • sistem syaraf pusat, seperti otak dan spinal cord memulai dan memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan ke otot.

  • Mekanisme kontraktil itu sendiri untuk menghasilkan tenaga

Dari keempat penyebab di atas, poin 1-3 tentu berkaitan dengan sistem syaraf dan yang ke-4 berkaitan dengan metabolisme tubuh yang tentu saja berkaitan dengan pencernaan yang menghasilkan tenaga. Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas tentang kelelahan yang berkaitan dengan sistem syaraf dan pencernaan.


Sistem Syaraf

Dr. George Edward (http://www.Chronic Fatigue Syndrome, chronic fatique, cfs - Women Living Naturally_files\articles_resources.gif) melihat kelelahan ini sebagai suatu ketidakberesan sistem syaraf serta kondisi tubuh yang lemah. Sehingga ia menamakan kelelahan ini dengan “neurasthenia”. Pendapat lebih detail lagi berkaitan dengan syaraf yang memancarkan rangsangan-rangsangan adalah bahwa kelelahan disebabkan karena adanya ketidaknormalan produksi neurotransmitter. Ketidaknormalan ini dipengaruhi oleh myofascia. Myofascia adalah semacam jaringan penghubung yang membuat tubuh kita bisa berdiri dan melakukan aktivitas. Myofascia terdapat pada jaringan-jaringan otot. Myofascia berfungsi ketika jaringan-jaringan dalam tubuh kita keras atau tipis. Ketika kita mengalami kelelahan, maka jaringan tersebut menipis dan tentu saja semakin keras. Oleh karena itu, myofascia tidak dapat menyampaikan atau menerima pesan neurotransmitter seperti pada saat kondisi tubuh sehat. Dengan demikian komunikasi antar jaringan tubuh ini akan terganggu (http://www.Chronic Fatique Syndrome Resources - Also known as Ebstein-Barr Virus or CFS_files\holistic-health.gif).

Selain berkaitan dengan neurotransmitter, kelelahan bisa juga muncul sebagai akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh. Di dalam otak ada yang disebut dengan hypothalamus. Hypothalamus adalah getah yang mengatur otak. Hypothalamus memproduksi hormon yang disebut corticotrophin. Corticotrophin kemudian merangsang kelenjar getah adrenalin yang ada di ujung atas ginjal. Apabila hypothalamus ini tidak berfungsi, maka tidak akan tersedia cukup corticotrophin, sehingga tidak bisa memproduksi hormon adrenalin sebagai hormon tekanan utama dalam tubuh. Dengan demikian biasanya orang yang mengalami kelelahan memiliki tekanan darah rendah dan sistem kelenjar endokrin yang buruk. Selain itu, mereka biasanya memiliki permasalahan dengan sistem pencernaan, sehingga penyerapan nutrisi yang dihasilkan oleh pencernaan tidak ada (http://www.Fatique Syndrome_files\hj.jpg).

Masih juga berkaitan dengan syaraf, Dr. Erling (Joni, 1989: 62) telah melakukan beberapa eksperimen pada peranan sistem syaraf terhadap kelelahan otot lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelelahan otot, tempat terjadinya gangguan di dalam daerah sekitarnya dalam mengembalikan sinyal/isyarat ke sistem syaraf pusat (otak) melalui syaraf sensorik. Dalam putaran ini, otak mengirimkan sinyal penghambat ke sel-sel syaraf di dalam sistem motorik, dan menyebabkan menurunnya kerja otot. Selama istirahat penuh, daerah yang mendapat gangguan cenderung menyimpan kembali sinyal tersebut di dalam otot, dan kelelahan bersangsur-angsur menjadi berkurang, atau tidak nampak. Kalau pengalihan kegiatan dilakukan selama periode istirahat, sinyal lain dari perifer atau dari otak itu sendiri akan mengenai daerah fasilitator otak. Sebagai akibatnya, impuls-impuls fasilitator akan dikirimkan ke sistem motorik, menyebabkan untuk kerja lebih baik atau mempercepat pulih asal dari kelelahan.

Dengan beberapa penjelasan di atas, jelas sekali bahwa sistem syaraf turut berperan dalam kelelahan. Penyampaian sinyal/rangsangan yang tidak bisa berjalan normal, sehingga disebut ketidaknormalan, akan mengganggu sistem kerja syaraf yang kemudian oleh otot tidak bisa direspon. Oleh karena itu, tidak ada konektivitas antar syaraf sehingga informasi yang harusnya tersampaikan menjadi terhambat. Hal inilah yang memunculkan gerak unjuk kerja lemah. Dengan demikian tubuh akan merasakan kelelahan.


Sistem Pencernaan

Satu hal yang tidak dapat dipungkiri dari hidup kita adalah makan. Makan adalah sumber energi tubuh untuk berunjuk kerja. Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan diolah dengan menggunakan beberapa enzim yang akan mengubah makanan menjadi energi. Orang yang mengalami kelelahan biasanya memiliki masalah dengan enzim-enzim tersebut. Sebelum kita membahas lebih jauh lagi tentang kekurangan/ketiadaan enzim dalam proses metabolisme tubuh, ada baiknya kita paparkan tentang proses pencernaan yang disebut glycolisis. Glycolilsis merupakan bentuk perubahan zat-zat makanan yang diolah menjadi glucose yang digunakan dalam melakukan aktivitas atau dikatakan sebagai sumber energi. Berikut ini uraiannya.

Karbohidrat makanan yang merupakan energi masuk ke dalam tubuh melalui proses yang kompleks, seperti disaccharides, dan zat tepung (amylase dan amylopectin) serta glycogen. Polymer cellulose juga dikonsumsi tapi tidak dicerna. Langkah pertama dalam metabolisme karbohidrat adalah perubahan/penggubahan polymer yang kompleks menjadi lebih sederhana, bentuk- bentuk yang dapat dicerna/larut disebarkan melalui dinding-dinding usus dan dikirim ke semua jaringan. Pemecahan polymer gula dimulai di mulut. Air liur memiliki zat asam rendah, yakni pH=6,8 dan terdapat pula lingual amylase, yakni zat yang memulai pencernaan karbohidrat. Reaksi lingual amylase terbatas hanya pada mulut dan tenggorokan, dan sebenarnya lingual amylase tidak diaktifkan karena derajat keasaman di perut jauh lebih tinggi. Ketika makanan telah sampai di perut, terdapat penurunan zat acid hydrolysis, namun gastric protasea dan lipases membantu proses pembentukan protein dan lemak secara berturut-turut. Campuran dari pembuangan gastric, air liur dan makanan yang disebut “chime”, bergerak menuju usus kecil.

Enzim polymer-carbohidrate pada usus kecil disebut -amylase. Enzim ini dikeluarkan oleh pankreas dan memiliki aktivitas yang sama seperti salivary amylase, memproduksi disaccharides, dan trisaccarides. Kemudian diubah ke dalam monosaccarides. Oleh saccharides usus, termasuk maltase yang menghidrolisis disaccharides dan trisaccarides, sucrase, lactase dan trehalose (enzim ini bertanggung jawab terhadap penurunan disaccharide-. -trehalose akan menghasilkan sub-lapisan untuk glucose jika suatu enzim ditemukan pada sejumlah banyak organisme dan hubungan antara enzim terlihat dan terjaga selama masa evolusi). Hasil bersihnya adalah perubahan yang hampir sempurna dari karbohidrat yang dapat dicerna menjadi monosaccharides. Glukose yang dihasilkan dan karbohidrat sederhana yang lain diangkut melalui dinding usus ke dalam aliran urat darah, kemudian menuju ke sel-sel lain. Di dalam sel-sel dan jaringan-jaringan tersebut, karbohidrat dan glukose dirubah ke dalam bentuk fatty acid, amino acid, dan glycogen, atau dioksidasi oleh beberapa proses catabolic sel.

Glukose melewati/menembus membran plasma sel usus dengan menggunakan pengangkut Na+/glucose yang membiarkan ion-ion sodium dan glukose masuk ke dalam sel secara bersama-sama (yakni, kedua molekul melewati membrane dengan arah yang sama: symporter). Ion-ion sodium menurunkan peningkatan konsentrasi mereka, sedangkan molekul glukose ditingkatkan. Ion-ion sodium dipompa kembali keluar sel dengan Na+/K+ATPase untuk mempertahankan tingginya konsentrasi. Glukose kemudian dikeluarkan ke dalam aliran darah melalui glucose transporters (GLUT 5) pada membran dasar dari sel endothelial. Lima pengangkut glukose (GLUT 1,2,3,4,5) yang ada pada mamalia mamiliki ciri-ciri kinetik yang berbeda, namun semua terdiri dari satu polypeptide dengan ciri-ciri 12 transmembrane – wilayah ruang gerak.

GLUT 1 dan 3 ada pada hampir semua sel mamalia dan memiliki a km untuk glukose 1 mM. Jika tingkat serum glukose normal, yakni pada rentang 4-8 mM maka protein-protein tersebut akan mengangkut gula pada rata-rata konstan/tetap. Oleh karena itu, mereka/protein-protein ini menunjukkan pengambilan dengan cepat glukose dasar. GLUT 2 ada pada sel hepatocytes dan pancreatic B. Untuk glukose dengan km yang sangat tinggi (15-10 mM) maka akan diyakini bahwa glukose akan masuk dengan cepat ke dalam hepatocytes untuk penyimpanan hanya dalam waktu yang lama. Pankreas akan merasakan glukose melalui GLUT 2 dan menyesuaikan tingkat insulin. GLUT 4 ada pada jaringan sensitif insulin (otot dan adypocytes). GLUT 4 memiliki nilai a km = 5 mM. Pengangkut ini bertahan pada gelembung-gelembung dalam sel dan mencapai membran plasma ketika ada insulin.

Oksidasi glukose disebut dengan glycolysis. Glukose dioksidasi ke dalam/menjadi laktat atau pyruvate. Dalam konsisi aerobic, produk dominan dalam kebanyakan jaringan adalah pyruvate dan dalam jalan prosesnya disebut jaringan glycolysis aerobic. Ketika oksigen dihabiskan, seperti misalnya untuk olahraga keras dan dalam jangka waktu yang lama, maka produk glikolitik yang dominan pada beberapa jaringan adalah laktat dan proses ini disebut glycolysis anaerobic.

Energi yang Dihasilkan dari Oksidasi Glukose

Glycolysis aerobic dari glukose menjadi pyruvate, membutuhkan 2 ATP yang sama untuk mengaktifkan prosesnya, dengan produksi berikutnya adalah 4 ATP yang sama dan 2 NADH yang sama. Oleh karena itu, konversi satu mol glukose menjadi 2 mol pyruvate diikuti oleh produksi yang bersih dari 2 mol tiap ATP dan NADH.


Glukose+2ADP+2NAD+2Pi2 pyruvate+2ATP+2NADH+2H+


NADH yang dihasilkan selama proses glycolysis digunakan sebagai bahan bakar untuk memadukan ATP mitochondrial melalui oxidative phosphorylation, dengan menghasilkan 2 atau 3 ATP yang sama, tergantung pada apakah glycerol phosphate shuttle atau malate-aspartate shuttle yang digunakan untuk mengangkut elektron-elektron dari cytoplasmic NADH ke dalam mitochondria. Hasil yang menguntungkan dari oksidasi 1 mol glukose dan 2 mol pyruvate adalah 6 atau 8 mol ATP. Oksidasi sempurna dari 2 mol pyruvate melalui siklus TCA, menghasilkan 30 mol ATP tambahan; sehingga total yang dihasilkan adalah 36 atau 38 mol ATP dari oksidasi sempurna 1 mol glukose ke dalam CO2 dan H2O.

Reaksi Glycolysis pada Individu

Jalan proses glycolysis dapat dilihat dengan melalui 2 fase yang berbeda. Yang pertama adalah fase kimiawi utama yang membutuhkan energi dalam bentuk ATP. Fase kedua disebut dengan fase penghasilan energi. Pada fase pertama, 2 ATP yang sama digunakan untuk mengubah glukose menjadi fructose-1, 6-biphosphate (F-1, 6-BP). Pada fase kedua, F-1, 6-BP diturunkan menjadi pyruvate dengan produksi 4 ATP yang sama dan 2 NADH yang sama. (http://www.Anaerobic Glycolysis_files\GLYCOL.gif).


Setelah melihat proses pencernaan di atas, maka kita melihat betapa kompleksnya tubuh kita. Lalu bagaimana dengan orang yang mengalami kelelahan? Ada beberapa pembahasan berkaitan dengan pencernaan dan kelalahan dengan memandang dari sudut pandang tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa tubuh kita secara alamiah mengutamakan pencernaan untuk memproduksi makanan yang disalurkan ke seluruh tubuh sehingga tetap hidup. Namun, jika tubuh tidak bisa menyerap makanan tersebut, maka ada masalah dengan enzim amylase. Enzim amylase merupakan enzim pencernaan yang menjaga karbohidrat dan zat tepung yang kita konsumsi, sehingga tubuh kita bisa menggunakannya sebagai bahan bakar energi. Mereka yang mengalami kelelahan, tidak memiliki amylase dan satu zat lagi, yakni lipase. Lipase merupakan enzim yang dibutuhkan untuk mempercepat proses pencernaan. Ada semacam rangkaian reaksi yang terjadi berkaitan dengan kelelahan, yakni dengan kurangnya enzim lipase, biasa akan meningkatkan zat asam laktat (lactat acid) dan ketidakseimbangan hormon yang mengakibatkan tubuh kita kekurangan enzim lain yang dibutuhkan agar tubuh kita sehat, yakni protease. Sehingga dengan demikian kelelahan bisa terjadi karena kurangnya 3 enzim, yakni amylase, lipase dan protease (http://www.Chronic Fatique Syndrome Resources - Also known as Ebstein-Barr Virus or CFS_files\holistic-health.gif).

Berkaitan dengan zat asam laktat/pH dalam tubuh, jika pH ini terlalu kurang atau terlalu banyak juga tidak baik untuk tubuh. Protein akan terbentuk jika pH ada pada rentang normal. Kalau dilihat dari struktur protein setelah metabolisme, maka akan diketahui bahwa dengan masukan ion seperti H+ yang cukup tinggi maka akan sangat membantu terhadap perubahan protein. Adanya perubahan bentuk protein akan mempermudah kerja organ-organ tubuh. Selain itu, penting untuk diingat bahwa tingkat derajat yang berbeda/berubah-ubah akan mempengaruhi protein dalam sel. Sehingga turunnya pH secara umum akan berefek negatif terhadap fungsi-fungsi organ sel tubuh (KN Prestwich, Departement of Biology, College of the Holy Cross Worcester, M.A 01610, kprestwi @holycross.edu). Untuk skala pH adalah sebagai berikut:

  • pH = 7 adalah netral. Masih ada banyak ion-ion H+ larutan pH di tubuh kita secara normal adalah 7 dan rentangnya sampai dengan 7,4. Tubuh kita akan memiliki derajat keasaman yang tinggi jika pH-nya menjadi 6.

  • pH = 7 – 0 meningkatnya derajat keasaman.

  • pH = 7 -14 menigkatnya alkalin dalam tubuh dan terdapat H+ yang sangat sedikit dan harus ada yang memindahkan H+ ke dalam larutan

Secara numerik, penghitungan pH adalah pH = - log [H+].

Contoh:

  • Jika [H+] = 0,000001 mols/liter air (yakni 10-7 mols H+ tiap liter), maka menjadi:

pH = - log [H+]

pH = - log [10-7]

pH = - [-7]

pH = 7

  • Jika [H+] = 0,0001 mols/liter air (yakni 10-5 mols H+ tiap liter), maka menjadi:

pH = - log [H+]

pH = - log [10-5]

pH = - [-5]

pH = 5

  • Jika [H+] = 0,1 mols/liter air (yakni 10-1 mols H+ tiap liter), maka menjadi:

pH = - log [H+]

pH = - log [10-1]

pH = - [-1]

pH = 1

  • Jika [H+] = 0,0000000001 mols/liter air (yakni 10-10 mols H+ tiap liter), maka menjadi:

pH = - log [H+]

pH = - log [10-10]

pH = - [-10]

pH = 10

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa semakin rendah pH maka semakin tinggi [H+]. Oleh karena itu, nilai pH rendah berhubungan dengan tingkat keasaman yang tinggi dan banyaknya ion-ion hidrogen (KN Prestwich, Departement of Biology, College of the Holy Cross Worcester, M.A 01610, kprestwi @holycross.edu).

Pada anaerobik glikolisis diproduksi satu molekul pH untuk tiap ATP yang dihasilkan. Pada olahraga berat, maka dibutuhkan banyak ATP, sehingga dibutuhkan banyak asam laktat (pH) dan setiap protein dipengaruhi oleh protein kontraktil. Pemompaan protein dan enzim-enzim glikolitik akan meningkat bersama-sama dengan meningkatnya [H+] yang muncul saat berolahraga. Dengan peningkatan tersebut, maka akan meningkatkan sintesis/perpaduan lebih banyak ATP dan semakin meningkatkan kesulitan dalam membentuk dan memecahkan jembatan penghubung (impuls-impuls pada neurotransmitter), membuat performance akan menurun. Dan sebagaimana diketahui bahwa semakin tinggi [H+] maka semakin rendah pH. Jika seseorang memiliki pH rendah maka akan ada rasa panas dalam otot-otot dan efek yang dapat dilihat adalah dalam performance. pH yang terlalu rendah ini menyebabkan kelelahan (http://www.Anaerobic Glycolysis.htm).

Dalam proses glikolisis, glukose yang dibentuk menjadi glikogen akan menjadi granule/biji kecil yang kuat tersimpan dalam sarkoplasma yang memberikan energi sewaktu-waktu dibutuhkan dan dapat dimetabolisme secara tepat (http://www.Anaerobic Glycolysis.htm). Jika kita melakukan latihan/olahraga yang lama (misalnya 30 menit – 4 jam) simpanan glikogen otot di dalam serabut otot akan terpakai dan jika tidak ada masa istirahat maka akan terjadi pengosongan glikogen. Karena pengosongan glikogen yang demikian hebat, maka menyebabkan kelelahan kontraktil. Meskipun terdapat asam lemak bebas (free fatty acid) dan glikogen (dari hati), namun tidak mencukupi untuk aktivitas gerak otot (Joni, 1989: 60).


Solusi Mengatasi Kelelahan

Dari beberapa penyebab munculnya kelelahan di atas, kita mengetahui bahwa secara umum penyebab munculnya kelelahan ada 2, yakni: berkaitan dengan syaraf dan pencernaan. Kelelahan bukan merupakan suatu penyakit, oleh karena itu tidak dibutuhkan obat-obat khusus. Cara yang dilakukan untuk mengatasi kelelahan adalah dengan memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Dengan memberikan enzim yang dibutuhkan oleh tubuh kita (seperti amylase, lipase dan protease) maka akan memberikan makanan bagi tubuh kita, membantu membersihkan racun-racun dalam darah, mendukung sistem pencernaan, memperkuat pankreas dan memberikan senjata bagi tubuh untuk melawan rasa sakit dan memulihkan kesehatan kita. Cara untuk kita bisa memperbaiki jaringan tubuh adalah:

  • membersihkan darah dan menjaga organ-organ tubuh bekerja dengan baik, dan,

  • memakan makanan yang cukup gizi sehingga tubuh bisa menyerap apa yang kita makan.

Jika tidak dilakukan perbaikan-perbaikan maka mereka yang mengalami kelelahan akan merasakan tubuhnya semakin melemah dan melemah (http://www.Chronic Fatique Syndrome Resources - Also known as Ebstein-Barr Virus or CFS_files\holistic-health.gif).

Dr. George Beard (http://www.Chronic Fatigue Syndrome, chronic fatique, cfs - Women Living Naturally_files\articles_resources.gif) menyarankan bahwa dalam mengatasi kelelahan, bisa dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  • makan makanan yang seimbang

  • istirahat yang cukup

  • olahraga ringan yang tidak menimbulkan kelelahan

  • mengatur diri sendiri, baik secara fisik, emosional, dan intelektualitas, karena terlalu banyak stress dapat menyebabkan tanda-tanda kelelahan muncul.

Kelelahan bisa dikarenakan kekebalan tubuh yang lemah (http://www.Chronic Fatigue Syndrome, chronic fatique, cfs - Women Living Naturally_files\articles_resources.gif). Kekebalan bisa terjadi karena kualitas tidur yang buruk. Mereka yang kualitas tidurnya buruk, biasanya memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dan ketidakberdayaan. Masalah-masalah tersebut biasanya muncul dalam bentuk gangguan perilaku, kesulitan belajar, dan menjadi sensitif. Oleh karena itu, kelelahan bisa diatasi dengan tidur yang cukup. Karena tidur diperkirakan tidak hanya untuk kekebalan tubuh, tetapi juga pertumbuhan fisik (bagi anak-anak), perkembangan otak, proses pengolahan informasi, memori, dll (http://www.cybermed.cbn.net.id/detil.asp, kategori=-Food&newsno=461).

Selain istirahat, pemberian suplemen makanan juga sangat dibutuhkan. Sebagaimana kita ketahui bahwa NADH adalah senyawa yang dibuat secara alamiah dalam makanan. Senyawa ini memegang peranan yang penting dalam proses dimana makanan itu diubah menjadi energi. NADH singkatan dari nicotinamide adenine dinucleotide. NADH merupakan senyawa kimia yang mengawali terbentuknya ATP. ATP yang merupakan singkatan dari adenosine triphosphate adalah senyawa yang memberikan tenaga pada tubuh. Jadi, kedua senyawa ini memiliki keterkaitan erat. NADH yang bisanya muncul secara alamiah pada makanan, biasanya ada pada daging. Sehingga jika orang yang mengalami kelelahan dianjurkan untuk mengatasi pola dan menu makanan. Dengan demikian, penanganannya disebut sebagai pemberian suplemen makanan bergizi dan bukan pemberian obat-obatan. Selain itu, orang yang mengalami kelelahan disarankan juga untuk melakukan olahraga tertentu, mengkonsumsi vitamin dan antibiotik, serta melakukan terapi tidur. Sekarang sudah banyak pil-pil suplemen untuk merangsang tumbuhnya NADH (http://www.Chronic Fatique_files\skinrenewHealth.jpg).

Berkaitan dengan pemberian vitamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin B1, ternyata tidak hanya bermanfaat untuk beri-beri tapi juga memperbaiki metabolisme karbohidrat dan menghasilkan tenaga dan mengurangi penumpukan asam laktat pada otot yang mengalami kelelahan. Hasilnya, orang yang mengkonsumsinya dalam jumlah cukup akan merasa fit atau tidak lesu lantaran kurang tenaga (http://www.indomedia.com/Intisari/1998/ desember/b-nyeri-htm).

Selain vitamin, konsumsi susu juga turut membantu dalam mengatasi kelelahan. Yogurt yang merupakan jenis susu fermentasi memiliki zat gizi utama, yakni karbohidrat (laktosa), protein (kasein) dan lemak. Zat-zat gizi ini telah diuraikan menjadi ikatan-ikatan yang lebih sederhana oleh bakteri asam laktat, sehingga perubahan ini menjadikan yogurt mudah dicerna, sehingga tidak memboroskan persediaan energi tubuh. Oleh karena mudah dicerna, yogurt bisa dikonsumsi dengan makanan yang mudah dicerna, yakni buah-buahan. Sebaiknya utamakan buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti stroberi, mangga, pepaya, jeruk, jambu biji, rambutan, nanas, dll. Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi lebih banyak. Zat besi memegang peranan penting dalam proses metabolisme energi. Sehingga dengan mengkonsumsi yogurt dan buah-buahan yang kaya vitamin C akan membuat tubuh lebih bertenaga dan menghilangkan kelelahan (http://www.home.unpar.ac.id/aloysius/paper-51.PDF#-search=’kelelahan’).

Selain kelelahan disebabkan karena kurangnya enzim, juga karena ketidakseimbangan pH. Ada satu sistem yang mengatasi ketidakseimbangan pH, yakni buffer. Buffer menjaga sesuatu sebagaimana mestinya. Buffer menyangga ayunan yang berlawanan. Buffer tersebut melindungi, melengkapi dan memproteksi. Jika kita melihat kertas tes pH, misalnya untuk kolam renang, maka kita akan tahu pada bagian kertas yang menunjukkan jumlah pH dan total alkaniti. Misalnya, di kolam renang tersebut kertas menunjukkan pH 2,7, namun total alkanitinya rendah, maka dengan pH 2,7 tersebut dianggap terlalu asam atau terlalu alkalin. Hal yang sama bisa juga terjadi pada manusia. Bisa dikatakan bahwa pH dapat diketahui terlalu asam jika alkalinnya rendah. Kuncinya adalah keseimbangan pH dan level total alkaniti. Tubuh dikatakan memiliki buffer yang baik jika terdapat konsentrasi ion yang bagus untuk mempertahankan pH yang memiliki rentang ideal untuk bagian lain (alkaniti) yang diukur (http://www.pH Buffer System_files\_blnk.gif).

Dari paparan di atas jelas terlihat bahwa solusi dalam mengatasi kelelahan bukanlah obat-obatan, namun hanya mengatur pola makan dan hidup. Pola makan bisa diatasi dengan memakan makanan yang kaya gizi dan mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh, Sedangkan pola hidup bisa diatasi dengan pola tidur yang teratur dan cukup, serta berpikiran sehat.


Simpulan

Kelelahan merupakan hal biasa terjadi pada setiap orang. Kelelahan tidak bisa diatasi hanya dengan istirahat, sebab kelelahan bisa terjadi karena sistem pencernaan yang kurang bagus, sehingga makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak bisa diserap. Dengan demikian tidak ada energi yang terbentuk. Selain itu, kelelahan bisa terjadi karena ketidaknormalan impuls-impuls syaraf yang mentransmisikan rangsangan.

Kelelahan tidak boleh dibiarkan begitu saja, sebab bisa berakibat fatal. Orang yang mengalami kelelahan yang kronis, terapinya membutuhkan waktu yang sangat lama, tidak hanya berbulan-bulan tapi bisa juga bertahun-tahun. Cara mengatasi kelalahan ini bisa dengan memperbaiki sistem syaraf dan sistem pencernaan. Pembenahan sistem syaraf bisa dilakukan melalui proses pengaturan pola hidup, yakni dengan tidur yang cukup dan selalu berusaha mengatur diri sendiri secara emosional dan intelektualitas. Sebisa mungkin menghindari stress yang dapat dengan mudah menimbulkan kelelahan. Pembenahan pencernaan bisa dilakukan melalui terapi makanan, yakni dengan makan makanan yang bergizi, minum susu, makan buah-buahan, dan mengkonsumsi vitamin. Sekarang ini sudah banyak disediakan suplemen-suplemen makanan yang membantu tubuh dalam metabolisme sehingga, zat-zat yang dibutuhkan terpenuhi semua.


Sumber Rujukkan

Joni, Raka. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta: P2LPTK


Republika, 5 Agustus 1993


Sutjipto.2001.http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/32/apakah_anda_mengalami_burnout.htm


http://www.Fatique Syndrome_files\hj.jpg


http://www.Chronic Fatique Syndrome Resources - Also known as Ebstein-Barr Virus or CFS_files\holistic-health.gif


http://www.Chronic Fatigue Syndrome, chronic fatique, cfs - Women Living Naturally_files\articles_resources.gif


http://www.Chronic Fatique_files\skinrenewHealth.jpg


http://www.Anaerobic Glycolysis_files\GLYCOL.gif


http://www.pH Buffer System_files\_blnk.gif


KN Prestwich, Departement of Biology, College of the Holy Cross Worcester, M.A 01610, kprestwi @holycross.edu


http://www.Anaerobic Glycolysis.htm


http://www.indomedia.com/Intisari/1998/desember/b-nyeri-htm


http://www.home.unpar.ac.id/aloysius/paper-51.PDF#-search=’kelelahan


http://www.cybermed.cbn.net.id/detil.asp?kategori=-Food&newsno=461.


Motor Learning Dalam Memanah

PERANAN MOTOR LEARNING

DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MOTORIK MEMANAH



Abstrak: Defenisi dari motor learning meliputi keterampilan (skill) keterampilan gerak (motor skill), aksi (action) dan pergerakan (movement). Motor learning dideskripsikan sebagai suatu proses pembentukan sistematika kognitif tentang gerak yang kemudian diaplikasikan dalam psikomotor mulai dari tingkat keterampilan gerak yang sederhana ke keterampilan gerak yang kompleks sebagai gambaran fisiologis yang dapat membentuk psikologis untuk mencapai otomatisasi gerak. Keterampilan motorik memanah dapat dibentuk melalui belajar motor learning. Hal ini dikarenakan dalam memanah membutuhkan penghayatan dari setiap gerakan memanah secara kinestetik unstuck mencapai ketepatan. Keterampilan memanah merupakan rangkaian gerakan secara halus yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-faktor ini akan terpatri dengan komponen biomotor ability dalam mencapai prestasi dalam cabang panahan. Untuk itu dibutuhkan pemahaman dari para pelatih maupun atlet tentang peranan motor learning, agar tujuan yang ditetapkan dalam proses pelatihan dalam hal ini keterampilan memanah dapat tercapai.


Kata kunci: Motor Learning, Motorik Memanah


Belajar merupakan suatu proses yang dapat mendorong terhadap tumbuhnya suatu perubahan, baik perubahan sebagai hasil dari pengalaman maupun latihan. Perubahan yang dimaksud bukan pertumbuhan dan perkembangan melainkan perubahan penampilan keterampilan yang bertalian dengan kecakapan keterampilan dan kecakapan persepsi. Dalam cabang olahraga panahan, pelatihan yang teratur mutlak diperlukan untuk mencapai tahap otomatisasi.

Pelatihan merupakan suatu proses yang sistematis,yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang ditambah sedikit demi sedikit pada hari-hari berikutnya. Dengan berlatih secara sistematis dalam pengulangan-pengulangan yang konstan, maka akan didaptkan hasil yang baik. Dalam cabang panahan pengulangan teknik dasar sangat diperlukan, sehingga gerakan gerakan yang diperlukan tetap stabil, (tidak berubah). Panahan menuntut teknik yang tetap mulai dari gerakan menembakan anak panah yang pertama dan panah selanjutnya

Pada dasarnya olahraga panahan merupakan cabang olahraga yang membutuhkan sentuhan jiwa yang halus, kesabaran, keuletan dan ketahanan mental. Selain itu, ada unsur-unsur yang mendasar dan mutlak dimiliki oleh setiap pemanah yaitu: bentuk dan struktur tubuh, teknik dasar, mekanisme gerak, kondisi fisik dan kebugaran mental, karena unsur-unsur tersebut saling melengkapi satu sama lain untuk mencapai otomatisasi dalam keterampilan memanah.

Untuk mencapai keterampilan memanah yang baik sudah tentu melalui pelatihan, dan dalam pelatihan tersebut membutuhkan pengetahuan tentang gerakan-gerakan dalam memanah yang kesemuanya itu dapat dikaji melalui motor learning.


A. Pengertian Motor Learning

Motor learning berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata, yakni: motor dan learning. Motor artinya gerak dan Learning adalah belajar. Jadi secara harafiah motor learning adalah belajar gerak, yang selanjutnya akan dipakai pengertian tersebut dalam penulisan ini. Namun para ilmuan olahraga dalam menjelaskannya tidak hanya pada pengertian kata saja tetapi dijelaskan tentang maknanya.

Menurut Richard (2001:3) motor learning dibagi menjadi empat yaitu skill, motor skill, action, and movement. Namun dalam klasifikasi itu dapat dicermati keterampilan yang baik dapat terbentuk karena ada gerakan yang terampil, dan gerakan yang terampil dapat terjadi karena ada aksi, aksi ini timbul karena ada pergerakan. Keempat factor ini dapat terbentuk disebabkan oleh aktivitas fisiologos manusia yang meliputi alat-alat gerak tubuhyang terdiri dari otot sebagai penggerak aktif, tulang sebagai penggerak pasif dan saraf sebagai pengatur gerak.

Menurut Schmidt (1988: 346) Motor Learning adalah serangkaian proses internal berkaitan dengan praktek atau pengalaman yang akan membentuk perubahan permanent relative terhadap kemampuan untuk merespons. Selanjutnya, Poole (1991: 45) Motor Learning adalah hanya mengajar nauromuscular sistem untuk melaksanakan suatu tugas yang spesifik dengan pertunjukan yang dapat direproduksi secara konsisten. Jadi pengertian motor learning ini beraneka ragam, dan berdasarkan pendapat para ahli diatas dapatlah dirumuskan motor learning yang diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu belajar gerak adalah: suatu proses pembentukan sistematika kognitif tentang gerak yang kemudian diaplikasikan dalam psikomotor mulai dari tingkat keterampilan gerak yang sederhana ke keterampilan gerak yang kompleks sebagai gambaran fisiologis yang dapat membentuk psikologis untuk mencapai otomatisasi gerak.


B. Belajar Gerak

Dalam berlatih, seorang pemanah membutuhkan beberapa kali tembakan untuk menguasai keterampilan motorik dalam teknik memanah. Untuk memudahkan atlet panahan dalam menguasai teknik memanah, maka pelatih dan atlet harus mempelajari motor learning (belajar gerak). Dengan mempelajari gerak dengan benar akan memudahkan atlet dalam melaksanakan tugas geraknya, sebab dalam belajar gerak meliputi empat klasifikasi yakni: keterampilan (skill), keterampilan gerak (motor skill), aksi (action), pergerakan (movement). Seperti yang dikemukakan oleh Richard (2001: 3) bahwa:

Skill: (a) an action or task that has a specific goals to achieve, (b) an indicator of quality of performance.

Motor Skill: a skill that requires a voluntary body and/or limb movement to achieves its goals.

Action: a goal-directed activity that consist of body and/or limb movement.

Movement: behavioral characteristics of specific limb or combination of limbs that are component parts of an action or motor skill.

Dalam gerak memanah, pembagian atau klasifikasi gerak diatas dapat dipahami sebagai berikut:

Skill panahan meliputi tujuh fase, yakni:

  1. Posisi berdiri

  2. Memasang anak panah

  3. Menarik tali busur

  4. Menjangkar

  5. Membidik

  6. Melepaskan anak penah

  7. Gerakan lanjutan, (ketujuh keterampilan ini merupakan pemahaman bersifat kognisi).

Motor skill meliputi tujuh fase di atas yang diperagakan oleh pelatih diawal pelatihan sebagai contoh yang akan ditirukan oleh atlet.

Action: Atlet mencoba melakukan gerakan-gerakan diatas dengan mengunakan metode bertahap atas pemahaman melihat peragaan pelatih sebagai informan.

Movement: Atlet merangkaikan gerakan-gerakan dalam bentuk keterampilan memanah (otomatisasi gerakan memanah).

Proses belajar gerak berbentu kegiatan mengamati gerakan dan kemudian mencoba menirukan berulang-ulang, dan menerapkan pola-pola gerak tertentu pada situasi tertentu yang dihadapi, dan juga dalam bentuk menciptakan pola-pola gerak baru untuk tujuan-tujuan tertentu. Dalam belajar gerak, karena atlet harus memahami gerakan untuk mampu melakukannya, maka selain unsur fisik disitu juga terlibat unsur fikir. Unsur emosi dan perasaan juga terlibat dalam belajar gerak, karena emosi dan perasaan merupakan unsur psikis yang merupakan daya penggerak dalam berprilaku. Seseorang akan melakukan gerakan tertentu apabila mempunyai kemauan untuk bergerak dan merasa perlu untuk melakukan gerakan. Dalam melakukan suatu gerakan apabila ia tahu atau mengerti gerak apa yang harus dilakukan, dan gerakan tertentu itu akan terwujud apabila ia memiliki cukup kemampuan untuk bergerak.

Dalam belajar gerak, dapat kita temui rana gerak yang merupakan terjemahan dari kata “domain” yang diartikan baagian atau unsure gerak. Gerak tubuh merupakan salah satu kemampuan manusia untuk melaksanakan hidupnya. Gerak tubuh manusia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Anita J. Harrow (dalam Sugianto, 1993: 3) membedakan gerak tubuh menjadi 6 klasisifikasi yang merupakan satu kesatuan yang membentuk gerak tubuh manusia, mulai dari yang bersifat bawaan sejak lahir sampai tarafnya yang paling tinggi yaitu:

  1. Gerak Refleks

Gerak refleks adalah respons gerak atau aksi yang terjadi tanpa kemauan sadar yang ditimbulkan oleh suatu stimulus. Gerak refleks dilakukan secara spontan tanpa difikir terlebih dahulu. Gerak refleks ini bersifat prerekuisit terhadap perkembangan kemampuan gerak tubuh yang bertaraf lebih tinggi. Bersifat prerekuisit artinya bahwa tanpa memiliki kemampuan gerak refleks, maka kemampuan gerak tubuh tidak akan berkembang dengan baik. Misalnya memiliki gerak refleks untuk ketegakkan tubuh (refleks postural) memberikan kemungkinan berkembangnya kemampuan berjalan, berlari, meloncat, dan sebagainya.


  1. Gerak Dasar Fundamental

Gerak dasar fundamental adalah gerakan-gerakan dasar yang perkembangannya terjadi sejalan dengan pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada anak-anak. Gerak dasar fundamental mulai dapat dilakukan oleh seseorang sebagian pada masa bayi dan sebagian pada masa kanak-kanak, dan gerak ini akan disempurnakan pada masa sesudahnya melalui proses berlatih atau gerakan dilakukan berulang-ulang. Gerak dasar fundamental dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

    1. Gerak lokomotor adalah gerak berpindah dari satu tempat ketempat yang lain, misalnya: merangkak, berjalan,berlari dan meloncat.

    2. Gerak non-lokomotor adalah gerak yang berporos pada sumbu persendian tubuh tertentu,misalnya: menekuk lengan, menekuk kaki, membungkuk, memilin togok.

    3. Gerak manipulatif adalah gerak manipulasi atau memainkan objek tertentu menggunakan tangan, kaki, atau bagian tubuh lain misalnya: menggiring bola, melempar sasaran, menarik beban.


  1. Kemampuan Perseptual

Kemampuan perseptual adalah kemampuan untuk menginterpretasi stimulus yang ditangkap oleh panca indra. Menggunakan kemampuan perceptual ini seseorang bias mengerti apa yang terjadi disekitarnya. Misalnya: seseorang yang sedang bermain bola, bila ada bola yang mendekat maka setelah matanya memandang bola tersebut maka ia sadar dan mengerti ada bola yang datang kearahnya. Seseorang pelari yang telinganya menangkap suara dari pemberi aba-aba maka ia menjadi sadar dan mengerti bahwa bahwa ia telah diberi aba-aba untuk mulai berlari. Kemampuan perceptual yang ada hubungannya dengan gerak ini, ada lima macam yakni:

    1. Pembedaan gerak ( Kinestetik) adalah kemampuan untuk menginterpretasi rasa posisi dan gerak tubuk pada saat seseorang membentuk posisi atau menggerakkan bagian tubuh tertentu, ia akan bias merasakan gerak tubuh yang dilakukannya. Dari yang dirasakan itu ia bias membedakan berbagai macam posisi atau gerak tubuh. Indra kinestetik berada pada sendi dan tendon.

    2. Pembedaan penglihatan (Visual) adalah kemampuan menginterpretasi stimulus yang ditangkap oleh mata untuk mengerti tentang apa yang dilihat. Kemampuan ini berguna dalam olahraga yang menggunakan objek yang yang harus dilihat, misalnya: olahraga yang menggunakan bola, dengan menggunakan kemampuan pembeda visual, pemain bola bias mengetahuibahwa ada bola yang dating, kemana arahnya, seberapa kecepatannya, dan sebagainya. Dengan demikian memungkinkan bagi pemain untuk mengantisipasi dengan gerakan yang bagaimana agar bias memainkan bola tersebut.

    3. Pembedaan pendengaran (Auditory) adalah kemampuan untuk menginterpetasi stimulus yang ditangkap oleh telinga untuk mengerti tentang apa yang didengar. Kemampuan ini berguna dalam olahraga yang menggunakan isyarat-isyarat suara, misalnya bunyai aba-aba dengan menggunakan peluit, suara dari wasit/juri atau suara yang ditimbulkan lawan.

    4. Pembedaan Peraba (Taktil) adalah kemampuan untuk menginterpretasi stimulus yang ditangkap oleh indra peraba untuk mengerti tentang sesuatu yang diraba atau menyentuh kulitnya. Kemampuan ini berguna dalam olahraga yang menggunakan objek yang harus dimanipulasikan, misalnya: dalam bermain bola, pemain harus mengetahui keras lunaknya bola yang digunakan.

    5. Kemampuan koordinasi adalah kemampuan yang memadukan persepsi atau pengertian yang diperoleh dalam penginterpretasian stimulus oleh beberapa kemampuan perceptual kedalam suatu pola gerak tertentu, misalnya: pada saat pemain sepak bola sedang menggiring bola dan dikejar oleh lawan, ia mengkordinasikan persepsinya mengenai rasa gerakan menggiring, penglihatanya terhadap bola, menjaga bola dari lawan yang berada dibelakangnya yang diketahui dari suara atau langkah dalan berlari mendekatnya, dan rasa sentuk kaki pada bola. Kemampuan seperti tersebut dipadukan dalam kemampuan menggiring bola.

  1. Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan yang mengguanakan organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas gerak tubuh. Kemampuan fisik sangat diperlukan dalam mendukung aktivitas gerak tubuh. Gerakan yang terampil bias dilakukan apabila kemampuan fisik cukup memadai. Secara garis besar kemampuan fisik bisa dibedakan menjadi 4 macam, yang merupakan dasar dalam pemahaman tentang fisik. Ke empat unsure fisik yang mendasar itu meliputi:

a. Ketahanan (Endurance)

Ketahana atau sering disebut Daya Tahan fisik adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas dalam jangka waktu yang lama. Keemampuan ini merupakan perwujudan dari kemampuan organ-organ tubuh yang memenuhi kebutuhan dengan menggunakan oksigen sehingga memungkinkan tubuh melakukan aktivitas fisik secara terus menerus tanpa istirahat, serta kemampuan untuk membuang dan menghambat bertambahnya konsentrasi asam laktat dalam tubuh. Daya tahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: pertama, daya tahan otot local adalah kapasitas sekelompok otot untuk berkontraksi atau bekerja berulang-ulanh dalam waktu yang lama. Kemampuan ini diperlukan misalnya dalam melakukan squat jump sebanyak-banyaknya. Kedua, daya tahan otot fungsional adalah kemampuan kerja jantung, paru-paru, hati, ginjal, lambung, usus, yang merupakan otot halus secara intensif dalam waktu yang lama. Kemampuan ini dibutuhkan bagi pelari jarak jauh.

b. Kekuatan (Strength)

Kekuatan adalah kemampuan menggunakan otot untuk menahan atau melawan beban. Kekuatan merupakan jumlah maksimum daya atau tenaga yang yang dikerakan oleh sekelompok otot dalam melawan beban atau tahan. Kemampuan ini diperlukan pada saat menarik barbell atau menarik tali busur.

c. Kelenturan (Fleksibility)

Kelenturan adalah keluwesan gerak pesendian. Keluwesan gerak persendian dipengaruhi oleh bentuk tulang yang membentuk persendian dan elastisitas otot-otot yang menghubungkan persendian. Fleksibilitas sangat diperlukan pada olahraga yang banyak melakukan liukan-liukan tubuh, misalnya pada senam dan gulat.

  1. Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah kemampuan bergerak dari satu tempat ketempat lain dalam waktu yang singkat. Unsur-unsur dari kecepatan adalah kemampuan memulai dan berhenti melakukan gerakan dengan cepat, bergerak dengan cepat dengan tingkat Reaction, acceleration, maximum velocity, and finishing yang tinggi dalam waktu yang singkat. Kemampuan fisik ini diperlukan dalam berbagai macam cabang olahraga yang memerlukan kecepatan, misalnya: nomor lari cepat.


  1. Gerak Keterampilan

Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan control sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Gerak keterampilan bisa dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

    1. Keterampilan adaptif sederhana adalah keterampilan yang dihasilkan dari penyesuaian gerak dasar fundamental dengan situasi atau kondisi tertentu pada saat melakukan gerakan. Misalnnya, berlari meliwati bermacam-macam rintangan.

    2. Keterampilan adaptif terpadu adalah keterampilan yang dihasilkan dari perpaduan antara gerak dasar fundamentaldengan menggunakan perlengkapan atau alat tertentu. Misalnya, memukul bola menggunakan reket.

    3. Keeterampilan adaptif kompleks adalah keterampilan yang memerlukan penguasaan berbentuk gerakan dan koordinasi tubuh yang kompleks. Misalnya, menyemes bola.


  1. Komunikasi Non-Diskursif

Komunikasi non-diskursif adalah komunikasi melalui gerak tubuh. Gerak tubuh yang bersifat komunikatif bisa dibedakan menjadi:

    1. Gerak ekspresif adalah gerak yang bertujuan mengkomunikasikan suatu pesan. Misalnya, gerak menggelengkan kepala untuk menyatakan tidak setuju.

    2. Gerak interperatif merupakan gerak tubuh yang menampilkan keindahan dan mengandung makna tertentu. Gerak yang menampilkan keindahan disebut gerak estetik, sedangkan gerak yang menampilkan makna tertentu disebut gerak interperatif. Contoh gerak interperatif adalah gerak tari balet. Gerak tari balet mengandung nilai estetik sekaligus mengandung makna tertentu yang ingin disampaikan melalui penampilan gerak. Gerak interperatif merupakan klasifikasi gerak yang paling tinggi tarafnya seperti seorang penari balet yang menguasai keterampilan geraknya dulu baru kemudian bisa melakukan dengan indah dan penuh penjiwaan makna gerakan.

Oleh karena itu seorang pelatih dalam melatih teknik atletnya perlu memahami keterampilan gerak itu terlebih dulu sebelum ia menunjukan atau meragakan teknik tersebut. Tujuannya adalah agar pada saat atletnya melihat peragaannya, akan membuat konsep kognitif anak sebelum ia menirukannya. Tertkait dengan focus penulisan ini, yakni tentang panahan, makna keterampilan gerak ini sangat memegang peranan penting sebab didalam keterampilan memanah membutuhkan penguasaan gerak dalam teknik memanah serta penjiwaan terhadap tahap-tahap memanah yang wujutnya merupakan suatu seni gerak yang indah.


C. Hakikat Keterampilan Memanah

Telah dijelaskan diatas, mempelajari gerak dengan benar akan membentuk keterampilan gerak yang baik pula. Untuk memudahkan atlet dalam memahami keterampilan gerak memanah, terlebih dahulu atlet diberikan pemahaman tentang apa itu keteram-ilan gerak (motor learning).


    1. Pengertian Keterampilan Gerak

Keterampilan Gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerak yang efisien dan efektidf. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan control atas bagian-bagian tubuh yang terlihat dalam gerakan. Semakin kompleks keterampilan gerak yang harus dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan control tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan. Keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan cara memahami yang dilakuka secara berulang-ulang yang disertai dengan kesadaran fakir akan kebenaran atau tidaknya gerakan yang sudah dilakukan. Untuk mencapai tingkat keterampilan tertentu, lamanya waktu tiap-tiap individu berbeda-beda, ada yang hanya memerlukan waktu singkat dan ada yang memerlukan waktu yang cukup lama walaupun prosedur dan intensitas belajarnya sama. Hal ini disebabkan oleh factor bakat, karena setiap individu memiliki bakat yang berbeda-beda, ada yang memiliki bakat olahraga dan ada yang tidak. Individu yang berbakat olahraga akan mampu menguasai keterampilan gerak dalam waktu yang singkat.


    1. Klasifikasi Keterampilan Gerak

Keterampilan gerak dapat dikaji berdasarkan karakteristik pada pola-pola gerak tertentu. Dengan pengklasifikasian itu, pelatih olahraga bisa menggunakannya untuk mempermudah manganalisis gerak yang dilatihkan kepada atlet. Keterampilan gerak bisa diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang, Yaitu:

  1. Klasifikasi berdasarkan kecermatan gerakan

Berdasarkan kecermatannya keterampilan gerak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1). Keterampilan gerak agal (gross motor skill) adalah keterampilan gerak yang melibatkan otot-otot besar sebagai penggerak utama, misalnya: Gerakan meloncat dengan posisi tungkai lurus, gerakan ini bertumpuh pada bola kaki dengan tumpuan kontraksi otot yang dominan adalah otot tibialis anterior dan gastrocnemius (secara dinamis). (2). Keterampilan gerak halus (fine motor skill) adalah Keterampilan gerak yang melibatkan otot-otot halus sebagai otot-otot penggerak utama misalnya: keterampilan menarik pelatik senapan,menarik tali busur, membutuhkan kemampuan dalam mengatur pernafasan agar sasaran itu dapat tercapai. Otot halus yang dimaksutkan disini adalah otot cardiovasculare-respiratory.

  1. Klasifikasi berdasarkan pembedaan titik awal dan akhir gerakan

Dari sudut pandang bisa ditandai pada bagian mana merupakan awal gerakan dan pada bagian mana merupakan akhir dari pada gerakan. Hal ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu: (1). Keterampilan diskret adalah keterampilan gerak yang dengan mudah ditandai awal dan akhir dari gerakan, contohnya: gerakan menggulig ke depan sekali saja dalam senam lantai. (2). Keterampilan gerak serial adalah keterampilan gerak diskret yang dilakukan berulang-ulang secaraterus menerus, contohnya: mengguling kedepan beberapa kali. (3). Keterampilan kontinyu adalah keterampilan gerak yang tidak mudah ditandai titik awal dan akhir gerakan, contoh pada gerakan permainan tenis, dalam bermain tennis pemain bergerak dalam berbagai macam pola gerak yang harus dilakukan terus menerus sesuai dengan keadaan bola. Pada cabang panahan, gerakannya termasuk klasifikasi gerak diskret.

  1. Klasifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan

Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak bisa dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

(1). Keterampilan tertutup adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam kondisi lingkungan yang tidak berubah-ubah dan gerakannya dilakukan semata-mata karena stimulus dari dalam diri pelaku sendiri tanpa dipengaruhi stimulus dari luar. Contoh: dalam gerakan senam lantai, disini pelaku memulai gerakan berdasarkan kemauan sendiri, disaat ia merasa sudah siap untuk melakukannya.

(2). Keterampilan gerak terbuka adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan gerakannya dilakukan selain karena stimulus dari dalam diri, juga dipengaruhi oleh stimulus dari luar dirinya. Contoh, dalam bermain sepak bola , disini pemain melakukan gerakan-gerakannya yang selain karena kemauan sendiri juga berdasarkan kecepatan pergerakan bola, teman dan lawan, kesemuanya merupakan stimulus yang harus diperhatikan dalam melakukan gerakan.


    1. Unsur-Unsur Kemampuan Yang Membentuk Keterampilan Gerak

Belajar dan berlatih yang perlu dilakukan pda dasarnya untuk meningkatkan kualitas fungsi-fungsi yang merupakan unsure-unsur kemampuan yang membentuk keterampilan gerak. Secara garis bersar ada tiga kelompok yang membentuk gerak:


a.Kemampuan fisik

Fisik sebagai fungsi untuk melakukan gerakan, kualitasnya perlu baik agar gerakan bisa terampil. Unsur gerak yang membentuk keterampilan yaitu, kekuatan, ketahanan, kecepatan dan kelincahan, kelenturan, ketajaman indera, dan kecepatan reaksi.

b.Kemampuan mental

Kemampuan mental adalah kemampuan yang memerlukan fungsi fakir. Dalam kemampuan mental termasuk juga kemampuan imajinasi. Unsur-unsur yang termasuk dalam kemampuan mental yaitu, kemampuan memahami gerakan yang akan dilakukan, kecepatan memahami ransangan (stimulus), kecepatan membuat keputusan, kemampuan memahami hubungan jarak,kemampuan menaksir irama,kemampuan mengingat gerakan, kemampuan memahami mekanika gerakan, dan kemampuan berkonsentrasi.


c.Kemamppuan emosional

Kemampuan emosional atau kondisi emosionnal juga berperan penting dalam menghasilkan penampilan gerak yang terampil. Kemampuan emosional yang berpengaruh saat melakukan gerak terhadap kualitas penampilannya meliputi; kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan, tidak ada gangguan emosional, merasa perlu dan mau melakukan gerakan, dan bersikap positif terhadap prestasi belajar gerak.

D. Hakikat Keterampilan Memanah

Pada dasarnya olahraga panahan itu gabungan dari olahraga dan seni. Disebut olahraga karena aktivitasnya menggunakan otot-otot, baik otot local maupun otot fungsional yang dilatih untuk membentuk komponen biomotor ability. Disebut seni karena membutuhkan sentuhan jiwa dalam perasaan yang halus, dan ketahanan mental. Webster (1972:8) mengatakan “Panahan merupakan seni keterampilan atau olahraga menembakkan anak panah dengan busur”. “Panahan merupakan olahraga untuk semua umur dan semua jenis serta sangat menarik, dapat dilakukan sendiri maupun bersama-sama. Seperti yang dikemukakan oleh Julian wilsmith (1972:5), olahraga panahan dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, anak-anak dan penderita cacat, orang yang terampil dan terlatih maupun tidak terlatih karena semua orang akan memperoleh kepuasan dengan memanah. Panahan telah lama dikenal sebagai olahraga individu maupun keluarga”

Berdasarkan pendekatan biomekanika olahraga panahan termasuk dalam klasifikasi melontarkan objek untuk mencapai ketepatan maksimum. Nana Kosasih (1987: 26) dalam disertasinya dalam olahraga panahan, mengemukakan factor-faktor yang mendorong timbulnya ketepatan yaitu “ada 4 faktor yang mendorong timbulnya ketepatan; pertama, ketepatan diperoleh dari postur tubuh; kedua, pemanasan mendorong terjadinya ketepatan; ketiga, penyesuaian komponen keterampilan untuk memperoleh ketepatan gerakan; keempat, gerakan sederhana menimbulkan ketepatan”. Dalam olahraga panahan setiap pemanah harus menguasai teknik dasar memanah dengan baik. Rahantoknam(1987: 41) dalam disertasinya mengemukakan teknik dasar memanah meliputi: (1) posisi berdiri; (2) mesang anak panah; (3) menarik tali busur; (4) menjangkar; (5) menahan dan membidik; (6) melepaskan; (7) gerakan lanjutan.


E. Kajian Kemampuan Perseptual dan Kemampuan Fisik dalam Teknik Dasar Memanah

Tujuh langkah tindakan yang merupakan teknik dasar keterampilan memanah ini didasarkan atas konsepsi-konsepsi ruang (space), daya/tenaga (force) dan kecermatan (precision).

Mekanisme gerak yang teratur, terarah dan terencana serta mempunyai tahapan yang tetap pada pembentukan posture tubuh yang baik sebagai satu bangunan yang konstruktif akan memberikan kekuatan dan kenyamanan fisik, baik pada saat menarik beban, mengangkat beban dan menahan beban. Terjadinya langkah yang teratur akan mengurangi sekecil mungkin penyimpangan lintasan anak panah. Kondisi fisik merupakan hal yang paling penting bagi seorang atlet. Pada cabang olahraga panahan, kondisi fisik seorang pemanahsangat menunjang untuk dapat melaksanakan latihan teknik yang baik.melihat sifat dariolhraga panahan, maka factor kekuatan memegang peranan yang lebih penting dari pada factor lainnya. Seidel (1975: 89-90) mengataakan bahwa panahan adalah suatu kegiatan yang memerlukan kekuatan dan dapat dilakukan semua orang. Berdasarkan pemetaan komponen fisik dan pemetaan anggota tubuh yang dominan pada panahan maka komponen fisik dan tubuh yang digunakan dalam panahan meliputi kekuatan dan daya tahan otot bahu, daya tahan dan kekuatan otot punggung, kekuatan dan daya tahan otot dada, dan kekuatan daya tahan otot lengan (Harsono,1988: 204).

Pokok bahasan motor learning sangat banyak, tetapi gajian yang dijelaskan dalam makalah ini difokuskan pada dua klasifikasi gerak tubuh manusia yang disesuaikan dengan karakteristik cabang panahan, tentunya tidak terlepas dari klasifikasi gerak yang lain.kedua klasifikasi gerak yang akan dikaji adalah kemampuan perceptual dan kemampuan fisik. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipeoleh pengertian pada cabang panahan, kekuatan dan daya tahan memegang peranan penting disbanding dengan komponen fisik yang lain, dan dari segi pemetaan tubuh otot bahu, otot punggung, otot dada, dan otot lengan yang lebih dominant disbanding dengan anggota tubuh yang lain.tetapi pada dasarnya baik unsure fisik maupun anggota tubuh saling menunjang satu sama lain.untuk memperjelas pernyataan diatas, baiknya kita mengkaji peranannya didalam ketrampilan memanah yang di mulai dari:


1. Posisi Berdiri

kemampuan perceptual yang dominant adalah pembedaan kinestetik dimana pembedaan ini akan memberikan informasi tentang posisi telapak kaki sebagai pemberi informasi tentang bagaimana permukaan tanah (rata atau bergelombang) telapak kaki depan yang tinggi atau telapak kaki belakang. Hal ini berkaitan dengan penempatan fisir untuk membidik. Jika permukaan tanah pada telapak kaki depan tinggi atau telapak kaki bagi penarik tali busur dengan tangan kanan permukaan tanahnya tinggi maka fisir harus diturunkan, dan sebaliknya juka permukaan tanah pada kaki kanan tinggoi bagi penarik tali busur dengan tangan kanan maka fisirnya harus dinaikan. Kajian kemampuan fisik yang dominant pada posisi berdiri. Pada posisi berdiri kemampuan fisik yang harus dibentuk adalah kekuatan dan daya tahan, mengingat sumbangan dari kekuatan dan daya tahan tungkai dalam memberikan dukungan bagi tegapnya tubuh dalam melakukan mekanik memanah. Lagi pula pada waktu perlombaan berlangsung dari pagi jam 8.30 sampai jam 16.30wib (sesuai dengan kondisi, banyaknya peserta).


2. Memasang Anak Panah

Pada langkah ke dua ini, kajian kemampuan perceptual hanya berpusat pada perbedaan visual dimana pemanah harus teliti memasang anak panah dalam posisi:

  1. Noknya tepat pada pembatas yang telah ditentukan pada tali busur sebagai penyangga nok.

  2. Posisi sayap anak panah atau bulu anak panah harus berada pada posisi 2 : 1 dalam arti dua sayap menghadap kedalam dan satu sayap menghadap keluar.

  3. Batang atau badan anak panah berada tepat diatas sandaran anak panah (erroris).


3. Menarik Tali Busur

Pada langkah ketiga ini kajian perceptual meliputi pembedaan kinestetik dan pembedaan taktil. Pada lengan yang memegang busur, peranan pembedaan taktil sangat dominant, dimana pembedaan ini memberikan informasi tentang kedudukan posisi tangan yakni lekukan jari telunjuk dan ibu jari berada sempurnah pada daerah pegangan atau tidak, sebab dari penempatan pegangan yang benar dapat memberi dukungan pada lengan yang menarik tali busur terutama kontraksi otot pada lengan penarik, dan juga dari pegangan yang benar juga dapat memberi ketepatan dalam penempatan fisir. Pada lengan yang menarik, peranan kemampuan kinestetik sangat penting untuk mengetahui konstraksi otot pada lengan penarik, dan juga dari pegangan yang benar juga dapat memberi ketepatan dalam penempataan fisir.

Pada lengan yang menari, peranan kemampuan kinestetik sangat penting untuk mengetahui konstraksi otot yang dominan untuk menarik tali busur dalam keadaan benar atau tidak. Otot-otot untuk menarik adalah otot trapezius, otot deltoid, otot paktoralis major, dan otot lengan. Jika otot-otot ini tidak berperan secara menyeluruh, dan ada bantuan oleh otot lengan bawah, maka akan merubah kedudukan dan konstraksi pada otot trapezius yang mengakibatkan rasa sakit pada tendon otot itu. Hal ini dapat diketahui pada pembedaan kinestetik jika ini terjadi maka akan mempengaruhi daya tahan kekuatan dlm membidik, rasa nyaman dlm menjangkarpun tdk merasa nyaman, yang ada akhirnya ketepatan tdk diperoleh. Oleh karena itu, gerakan menarik sebaiknya diulangi, jangan dilanjutkan.

Dalam langkah ketiga ini, kajian kemampuan fisik yang dominan adalah kekuatan dlm kontraksi isometric untuk lengan yang memegang busur dan isotonic untuk lengan yang menarik tali busur.


4. Menjangkar

Pada langkah keempat ini merupakan lanjutan dari langkah ketiga, dimana kajian kemampuan perceptual yang dominan adalah pembedaan taktil dan kinestetik. Hanya pada saat menjangkar ini selalu dikombinasikan dengan perasaan dan juga terjadi peralihan kemampuan fisik (kekuatan ke daya tahan kekuatan). Apabila pada saat menjangkar terjadi rasa tidak nyaman, sebagai informasi pembedaan kinestetik maka secara langsung akan mempengaruhi daya tahan kekuatan dari otot travesius, deltoid, paktoralis major sehingga membuat lengan akan gemetar akibat stressor pada tendon travesius yang dapat mempengaruhi bidikan sehingga ketepatanpun akan terpengaruh. Jika hal ini terjadi, maka sebaiknya diulangi gerakan menarik sampai menjangkar.


5. Membidik

Pada langkah membidik, kajian kemampuan perceptual yang dominant adalah pembedaan visual. Dalam membidik membutuhkan ketajaman penglihatan dari mata yang dominant sesuai dengan jarak yang dilombakan, dan juga penglihatan terhadap isyarat lampu sebagai pengatur tembakan anak panah sesuai waktu yang ditentukan dan membutuhkan ketajaman penglihatan terhadap kantong angina sebagai pemberi informasi tentang keadaan angina sebelum melepaskan anak panah.


6. Melepaskan Anak Panah

Pada langkah ini merupakan lanjutan dari langkah ke lima, hanya pada fase ini peranan kemampuan perceptual adalah pembedaan kinestetik, dimana pembedaan kinestetik ini berada pada seputar ruas-ruas jari tangan yang digunakan untuk menarik tali busur. Jadi dalam melepaskkan anak panah membutuhkan kemampuan kinestetik dalam merasakan posisi jari-jari tangan untuk memindahkan ketegangan menahan tali busur ke gerakan meluruskan jari penarik dengan tidak menimbulkan sentakan pada tali busur, agar dapat memberikan lontaran dengan lurus, sehingga anak panah dapat terlontar dalam jalur atau arus panah yang tepat. Sedangkan kemampuan fisik terfokus pada daya tahan kekuatan isometric untuk otot lengan, bahu, punggung, dan dada sampai tertancapnya anak panah, dan ini berhubungan langsung dengan langkah ke tuju sebagai gerakan lanjutan. Jadi dalam rangkaian teknik dasar memanah, peranan kemampuan fisik dan kemampuan perceptual memegang peranan penting dan didukung oleh unsur-unsur gerak yang lain sebagai satu kesatuan dalam gerak tubuh manusia lebih kusus pada atlet panahan.


7. Gerakan Lanjutan

Gerakan lanjutan merupakan rangkaian gerakan terakhir dari teknik memanah, dimana atlet tersebut harus mempertahankan posisi kedua lengan tetap berada diatas sampai anak panah tertancap pada target fice, karena posisi tersebut juga turut mempengaruhi jalannya anak panah menuju target fice. Latihan kondissi fisik bagi seorang pemanah sebaiknya ditekankan pada otot-otot yang di pergunakan langsung untuk menahan dan membidik. Kekuatan mempunyai pengaruh tertentu pada keterampilan motorik individu. Singer dan Dick (1980: 59) mengatakan bahwa keberhasilan menampilkan motorik bergantung pada sifat bangunan individu, dan yang sebenarnya kemampuan kekuatan merupakan komponen utama ketrampilan.


F. Hakikat Belajar Keterampilan Motorik

Pada saat sekarang ini prestasi olahraga masih terus diciptakan dan ditingkatkan. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan adanya pendekatan ilmiah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembinaan.Telah disadari bahwa untuk meningkatkan prestasi diperlukan konsep-konsep dan teori-teori dalam belajar motorik sebagai pedoman dengan menentukan metode melatih dalam usaha meningkatkan prestasi. Bower dan Hilgard (1981: 11) mengatakan bahwa belajar sebagai perobahan perilaku yang potensial terhadap situasi tertentu yang diperoleh dari pengalaman yang dilakukan berulang kali.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tentang keterampilan motorik, Oxendine (1984: 20) mendefenisikan penekanan utama pada efisiensi. Schimidt (1988: 17) menyatakan bahwa keterampilan merupakan gerakan-gerakan yang tergantung kepada latihan dan pengalaman karena pelaksanaannya itu tidak ditentukan oleh keturunan. Singer (1980: 59) mendefenisikan keterampilan motorik sebagai gerakan tubuh untuk mensukseskan pelaksanaan aktiffitas yang diinginkan selanjutnya, Cecco dan Crawford (1974: 252) menjelaskan keterampilan motorik adalah suatu respons motorik berangkai yang melibatkan koordinasi gerakan untuk menjadi pola respons yang lebih kompleks. Definisi oeperasional, keterampilan motorik bermanfaat untuk mengerti dan memahami keseluruhan kegiatan belajar yang utuh dalam bentuk gerakan yang lebih luas.


G. Hakikat Tahap-Tahap Belajar Keterampilan Motorik

B.E. Rahantoknam (1987: 241-272) menjelaskan tahap-tahap belajar suatu keterampilan meliputi:

1. Format Rencana

Tahap formasi rencana ini sebagai fase awal dalam belajar keterampilan. Pada tahap ini siswa dan atlet harus memahami hakikat dan tujuan daru keterampilan tersebut. Siswa harus berusahan memformulasikan dan melaksanakan rencana pelaksanaan atau rencana motorik dalam batas kemampuan dan keterbatasan mekanisme reseptor dan persepsi. Pembentukan rencana pelaksanaan ini siswa atau atlet akan memperoleh gambaran yang luas tentang tujuan dari keterampilan tersebut dan harus memahami rangkaian dari komponen-komponen gerakan. Biasanya demonstrasi digunakan membentuk siswa dan atlet dalam memahami tujuan dari keterampilan tersebut selain menjelaskan tindakan atau tugas tersebut.jadi pelatih dapat menggunakan audio, visual dan persepsi dalam awal ini. Tahap awal belajat, pemula harus memahami rangkaian gerakan yang sebenarnya serta dapat memformulasikan rencana gerakan sendiri, sesuai dengan kecakapan untuk melakukan gerakan tersebut. Fase pertama belajar keterampilan memahami rencana dapat diselesaikan dengan berfariasi, sesuai dengan sifat dan karakteristik dari tugas yang akan dipelajari. Tujuan dari fase ini adalah agar siswa dan atlet mengerti yang akan dilaksanakan dan apa yang akan ia lakukan.



2. Tahap Latihan

Dalam belajar fase ke dua ini, siswa dan atlet harus mempraktekkan dengan baik dan sungguh-sungguh, dengan meletakan penekanan pada pola sementara dari kegiatan. Demonstrasi pada fase kedua ini akan membantu siswa dan atlet untuk menguasai pola sementara dari gerakan yang terampil, serta disajikan untuk menunjukan dan mengoreksi kesalahn yanh telah dilakukan. Balikan merupakan faktor yang penting dalam session-sesion latihan. Dalam fase kedua ini siswa dan atlet harus beruasaha untuk menguasai pola gerakan sementara dari sub kebiasaan dan hal ini akan tergantung pada balikan yang dapat membentuk mereka dalam menyempurnakan tugas ini.


3. Pelaksanaan Otomatisasi

Fase ketiga dari belajar tahap ini, pelatih telah mencapai rangkaian gerakan melalui latihan yang sungguh-sungguh dan sekarang melakukan seluruh pola gerakan secara otomatis dengan hasil yang cukup memuaskan.


H. Penutup

Dalam implementasinya pelatih, guru olahraga, atlet, manajer harus memperhatikan pada tahap persiapan khusus, pra-kompetisi dan kompetisi diharapkan dapat memahami peranan motor learning dalam menunjang teknik dasar, baik untuk membetulkan, meningkatkan dan mengembangkan segala teknik ketaraf otomatisasi gerak sehingga menampakkan keterampilan gerak yang baik untuk mencapai prestasi yang optimal. Diharapkan dalam menyusun jadwal pelatihan pada tiap siklus mikro harus ada jadwal untuk teori dalam membentuk dan mengembangkan kognisi atlet atau siswa sejalan dengan tuntutan cabang olahraga tersebut. Dalam proses pembentukan dan pengembangan kognisi, atlet/siswa diharapkan dapat mengikutinya dan dapat membangun interaksi untuk memperbaiki dan melengkapi atlet/siswa dalam latihan-latihan selanjutnya. Diharapkan para manajer dapat memperhatikan kebutuhan yang dituntut dalam cabang olahraga yani ia tangani agar dapat menunjang penampilan atlet untuk meraih prestasi yang diinginkan, sebagai hasil feedback dari pengkajian motor learning.




  1. Daftar Pustaka


Bower, G.H, and Hilgord. E.R, 1984. Theories of Learning, Prentice Hall, Inc Jersey.


De Cocco.J.P, and Crawford.W.R. 1974. The Psycology of Learning and Instruction, Englewood Cliffs Inc.


Kosasih Nana, 1987. Metode Belajar Keseluruhan Bagian dan Bagian Keseluruhan Terhadap Prestasi Belajar Panahan Bagi Mahasiswa Yang Mempunyai Kekuatan Otot Punggung dan Ketepatan Membidik Berbeda, IKIP Jakarta. Jakarta.


Oxidine.J.B. 1980. Psycology of Motor Learning, Prentice Hall, Inc. New York.

Rahantoknam, B.E. 1983. Pengaruh Metode Penyajian Informasi Balikan Dan Tingkat Intelegensi Terhadap Prestasi Belajar Motorik, IKIP Jakarta. Jakarta.

Saidel. Beverly. L. 1975. Sport Skill: A Conceptual Approach to Meaningful Movement, WM.C. Brown Company Publishers, Duduque.


Singer. Robert. N, and Dick Wolter, 1980. Teaching Physical Education, Houngton Miffiln Company. Boston.


Schimid.R.A. 1988. Motor Control and Learning Behavioral Emphasis, Human Kinetics Publihers. Illionis.


Webster.M. 1972. Webster’s Sport Dictionary, C and C Merian C.P, Springfield. Massachusetts.